Lembaga Pendidikan Non Formal

Dilema “Full Day School” bagi Lembaga Pendidikan Non Formal

Gambar Lembaga Pendidikan Non Formal

Pendidikan di Indonesia merupakan hal yang sangat penting dan menjadi tonggak bagi kemajuan bangsa. Selama ini, pendidikan di Indonesia terbagi menjadi dua jenis, yaitu pendidikan formal dan pendidikan non formal. Namun, dengan adanya kebijakan “Full Day School” yang sedang ramai diperbincangkan, lembaga pendidikan non formal justru menghadapi dilema yang sangat serius.

Sebelum membahas lebih jauh mengenai dilema “Full Day School” bagi lembaga pendidikan non formal, ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu apa itu pendidikan non formal dan apa tujuannya.

APA ITU PENDIDIKAN NON FORMAL?

Gambar Pengertian Pendidikan Non Formal

Pendidikan non formal adalah bentuk pendidikan yang dilakukan di luar lembaga pendidikan formal dan memiliki tujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada masyarakat secara tidak resmi. Bentuk pendidikan ini dapat dilakukan melalui berbagai macam kegiatan, seperti kursus, pelatihan, workshop, seminar, dan lain sebagainya. Dalam pendidikan non formal, tidak ada kurikulum yang harus diikuti secara ketat, namun tetap berpedoman pada tujuan dan kurikulum tersendiri yang telah disusun oleh lembaga pendidikan.

Pendidikan non formal memiliki karakteristik yang berbeda dengan pendidikan formal. Salah satunya adalah fleksibilitas waktu dan tempat. Pendidikan non formal dapat dilaksanakan di berbagai tempat yang tidak terikat dengan gedung sekolah, seperti di rumah, pusat kegiatan masyarakat, atau tempat-tempat lain yang sesuai dengan kebutuhan peserta pendidikan. Selain itu, waktu dalam pendidikan non formal juga lebih fleksibel, sehingga para peserta dapat mengatur jadwal belajar sesuai dengan waktu senggang mereka.

Pendidikan non formal juga memiliki manfaat yang sangat besar bagi masyarakat. Salah satunya adalah memberikan kesempatan kepada mereka yang tidak dapat mengikuti pendidikan formal secara penuh, terutama bagi mereka yang sudah bekerja atau memiliki keterbatasan waktu. Dengan pendidikan non formal, mereka tetap dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang berguna untuk kehidupan sehari-hari. Selain itu, pendidikan non formal juga dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mendukung pembangunan nasional dalam berbagai bidang, seperti ekonomi, sosial, dan budaya.

DILEMA “FULL DAY SCHOOL” BAGI LEMBAGA PENDIDIKAN NON FORMAL

Gambar Contoh Lembaga Pendidikan Formal

Dilema “Full Day School” bagi lembaga pendidikan non formal muncul akibat adanya perubahan kebijakan dalam sistem pendidikan di Indonesia. Dalam sistem pendidikan sebelumnya, anak-anak biasanya hanya bersekolah pada pagi atau siang hari, sedangkan pada sore hari mereka memiliki waktu luang atau mengikuti kegiatan-kegiatan di luar sekolah. Namun, dengan diberlakukannya sistem “Full Day School”, anak-anak diwajibkan untuk berada di sekolah sepanjang hari, termasuk pada sore hari.

Perubahan kebijakan ini tentu menimbulkan dilema bagi lembaga pendidikan non formal. Dalam beberapa kasus, lembaga pendidikan non formal memiliki program yang dilakukan pada sore hari. Program seperti ini biasanya ditujukan untuk para peserta yang sudah berusia dewasa atau bekerja, yang memiliki keterbatasan waktu pada pagi atau siang hari. Dengan diberlakukannya sistem “Full Day School”, keberadaan program-program ini menjadi terancam.

Para peserta pendidikan non formal yang sudah terbiasa mengikuti program-program sore hari akan kesulitan dalam mengatur jadwal belajar mereka jika mereka juga harus bersekolah pada sore hari. Hal ini dapat menyebabkan mereka mengalami kesulitan dalam mengikuti program-program pendidikan non formal yang mereka ikuti sebelumnya. Salah satu contoh lembaga pendidikan non formal yang terkena dampak adalah Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) yang sering diikuti oleh anak-anak dan remaja dalam mempelajari agama Islam secara mendalam.

EFEKTIVITAS TPA SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM NON FORMAL

Gambar TPA sebagai lembaga pendidikan Islam non formal

Taman Pendidikan Al-Qur’an atau yang biasa disingkat TPA adalah salah satu bentuk pendidikan non formal yang memiliki tujuan untuk mendidik anak-anak dan remaja dalam mempelajari agama Islam melalui pembelajaran Al-Qur’an, tafsir, hadits, fiqih, dan sebagainya. TPA biasanya dilaksanakan pada sore hari, setelah anak-anak pulang sekolah.

TPA memiliki peran sangat penting dalam mendidik anak-anak dan remaja agar memiliki pemahaman yang baik tentang agama Islam. Melalui TPA, mereka dapat belajar tentang ajaran-ajaran agama, memahami nilai-nilai moral, dan mengembangkan kesadaran akan pentingnya beribadah kepada Allah SWT. Selain pelajaran agama, TPA juga memberikan pengajaran lain seperti bahasa Arab, etika, dan keterampilan lain yang berguna dalam kehidupan sehari-hari.

Mengingat pentingnya peran TPA dalam pendidikan agama, kebijakan “Full Day School” menjadi suatu tantangan yang cukup besar bagi lembaga pendidikan ini. Dengan adanya kebijakan ini, waktu yang seharusnya digunakan untuk TPA di sore hari akan terganggu oleh kegiatan sekolah yang berjalan sepanjang hari. Hal ini dapat mengurangi efektivitas TPA sebagai lembaga pendidikan Islam non formal.

BAGAIMANA CARA MENYELESAIKAN DILEMA INI?

Untuk menyelesaikan dilema yang dihadapi oleh lembaga pendidikan non formal akibat kebijakan “Full Day School”, perlu dilakukan upaya-upaya yang dapat mendukung kelangsungan pendidikan non formal tanpa harus mengorbankan program-program yang sudah ada. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan:

1. Penyesuaian Jadwal

Satu langkah yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan penyesuaian jadwal antara pendidikan formal dan pendidikan non formal. Dalam hal ini, lembaga pendidikan formal dan lembaga pendidikan non formal perlu bekerja sama untuk mencari jalan keluar yang dapat memenuhi kebutuhan kedua belah pihak. Misalnya, pendidikan formal dapat memberikan fleksibilitas kepada siswa untuk memilih salah satu waktu belajar mereka, apakah pada pagi atau siang hari.

2. Kolaborasi antara Lembaga Pendidikan

Kolaborasi antara lembaga pendidikan formal dan lembaga pendidikan non formal juga dapat menjadi solusi yang efektif. Dalam hal ini, lembaga pendidikan formal dapat bekerja sama dengan lembaga pendidikan non formal dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang saling mendukung. Misalnya, lembaga pendidikan non formal dapat memberikan tambahan pelajaran yang tidak ada di kurikulum sekolah, seperti pelajaran agama, bahasa asing, atau keterampilan tertentu.

3. Pemberian Fasilitas Dukungan

Untuk mendukung kelangsungan pendidikan non formal, pemerintah perlu memberikan fasilitas dukungan yang memadai. Misalnya, pemerintah dapat menyediakan ruang-ruang khusus sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan non formal, atau memberikan subsidi kepada lembaga pendidikan non formal agar mereka dapat terus beroperasi dan memberikan pelayanan pendidikan yang baik kepada masyarakat.

KESIMPULAN

Dalam menghadapi dilema “Full Day School” bagi lembaga pendidikan non formal, perlu adanya langkah-langkah yang dapat memastikan kelangsungan pendidikan non formal tanpa harus mengorbankan program-program yang sudah ada. Penyesuaian jadwal, kolaborasi antara lembaga pendidikan, dan pemberian fasilitas dukungan menjadi beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi dilema ini.

Pendidikan non formal merupakan bentuk pendidikan yang penting dalam memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada masyarakat secara tidak resmi. Namun, dengan adanya kebijakan “Full Day School”, pendidikan non formal menghadapi tantangan yang serius. Oleh karena itu, perlu adanya upaya-upaya yang dapat mendukung kelangsungan pendidikan non formal tanpa harus mengorbankan program-program yang sudah ada.

Melalui penyesuaian jadwal, kolaborasi antara lembaga pendidikan, dan pemberian fasilitas dukungan, diharapkan dilema “Full Day School” bagi lembaga pendidikan non formal dapat diatasi dengan baik. Dengan demikian, pendidikan non formal tetap dapat berjalan dengan lancar dan memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat.