Halo, teman-teman!
Jadi, hari ini kita akan membahas tentang sesuatu yang lucu tapi juga menarik nih. Siapa di antara kalian yang pernah mendengar tentang “memotong rambut” sebelum Raya Haji? Nah, di sini kita akan membahas sedikit mengenai hal tersebut dengan bahasa yang agak santai, ya. Jadi, siap-siap aja ngakak, tapi tetap serius mendengarkan ya, hehehe.
Sebelum Raya Haji, Sunat untuk Tidak Mencukur Rambut
Seperti yang kita lihat pada gambar pertama ini, ada yang bilang kalau sebelum Raya Haji, sebaiknya kita tidak memotong rambut. Ada apa ya dengan hal ini? Apa benar ada hukumnya atau ini hanya mitos semata? Nah, mari kita bahas semua itu dengan santai dan jelas.

Apa itu Raya Haji?
Oke, sebelum kita melanjutkan pembahasan tentang memotong rambut, ada baiknya kita mengenal dulu apa itu Raya Haji. Raya Haji, atau yang juga dikenal dengan nama Idul Adha, merupakan salah satu hari raya yang cukup penting dalam Islam. Pada hari ini, umat Muslim di seluruh dunia merayakan peristiwa kurban yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim (Ibrāhīm) atau Abraham.
Momen ini juga menjadi tanda dari kepatuhan Nabi Ibrahim terhadap perintah Allah untuk mengorbankan putranya, Ismail (Ismā’īl). Hanya saja, Allah kemudian menggantinya dengan seekor domba sebagai korban pengganti. Dan dari situlah tradisi kurban berawal. Jadi, Raya Haji merupakan momen penting bagi umat Muslim untuk mengenang peristiwa ini dan menjalankan ibadah kurban sebagai perintah Allah.
Pantangan Mencukur Rambut Sebelum Raya Haji
Nah, kembali lagi ke pembahasan tentang mencukur rambut sebelum Raya Haji. Ada tradisi atau anjuran untuk tidak melakukan hal ini di beberapa komunitas Muslim. Tapi, apa maknanya sebenarnya?
Secara umum, larangan untuk mencukur rambut sebelum Raya Haji ini dapat ditemui dalam beberapa hadis Rasulullah SAW. Dalam salah satu hadis, Rasulullah menjelaskan bahwa rambut yang dicukur saat Raya Haji akan digantikan dengan kebahagiaan dan pahala yang lebih baik. Jadi, dengan menunda pemotongan rambut sampai tanggal 10 Dzulhijjah (hari Raya Haji), umat Muslim diyakini akan mendapatkan keutamaan dan berkah yang lebih besar.

Apa itu Uban dan Semir Rambut?
Sekarang, mari kita berfokus pada gambar kedua di atas. Dahulu kala, uban atau rambut putih sering dianggap sebagai tanda penuaan dan kerap menjadi masalah bagi beberapa orang. Maka dari itu, banyak yang menggunakan semir rambut untuk menutupi uban tersebut.
Akan tetapi, dalam hadis yang lainnya, ada yang menyebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW memberikan panduan mengenai pembiaran tumbuhnya uban. Beliau berpesan bahwa membiarkan uban tumbuh merupakan bentuk penghormatan dan kebijaksanaan terhadap proses penuaan dalam kehidupan seorang Muslim.
Nah, untuk semir rambut sendiri, ini adalah salah satu solusi yang banyak digunakan oleh banyak orang agar rambut mereka terlihat tetap hitam dan tidak ada tanda-tanda penuaan. Tapi, menariknya, dalam konteks pembiaran tumbuhnya uban, semir rambut ini seakan-akan bertentangan dengan ajaran Nabi Muhammad SAW. Sebab, semir rambut digunakan untuk menyembunyikan uban, sedangkan hadis tersebut mengarahkan umat Muslim untuk membiarkan uban tetap ada.
Larangan Mengikat Rambut saat Shalat
Sebelum kita mengakhiri pembahasan ini, ada baiknya kita membicarakan juga sedikit mengenai larangan mengikat rambut saat shalat. Di gambar ketiga di atas, kita dapat melihat ilustrasi mengenai larangan ini.

Rambut yang panjang atau terikat saat melakukan shalat dapat mengganggu khusyuk dan mempengaruhi kesempurnaan gerakan ibadah. Oleh karena itu, larangan untuk mengikat rambut saat shalat ditempatkan untuk memperhatikan kondisi kesucian dan kekhusyukan saat beribadah. Jadi, jika rambut terikat, sebaiknya diikat kembali agar tidak mengganggu konsentrasi dan khusyuk dalam beribadah.
Kesimpulan
Setelah kita membahas beberapa hal di atas, sebenarnya tidak ada larangan yang mutlak atau wajib untuk tidak memotong rambut sebelum Raya Haji. Penundaan pemotongan rambut ini lebih berkaitan dengan tradisi dan anjuran yang diambil dari beberapa hadis Rasulullah SAW.
Di sini penting untuk diingat bahwa setiap larangan atau anjuran dalam agama Islam memiliki landasan dan hikmahnya sendiri. Meskipun terkadang terkesan lucu atau aneh, kita sebagai umat Muslim harus tetap menghormati dan menghargai perintah dan anjuran yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Jadi, apakah kalian mau mengikutinya atau tidak, itu sepenuhnya terserah kalian. Kalian tetaplah menjadi pribadi yang bertanggung jawab dalam menjalankan ajaran agama, dengan tetap menghormati tradisi dan anjuran yang ada. Yang terpenting, jangan pernah menghakimi orang lain yang memutuskan untuk memotong rambut atau tidak, karena ini adalah keputusan pribadi masing-masing.
Nah, teman-teman, itulah pembahasan lucu tentang “memotong rambut” sebelum Raya Haji, uban, dan larangan mengikat rambut saat shalat. Semoga kita semua dapat terus memperdalam pengetahuan agama kita dan menjalankan ajaran-ajaran yang mulia dengan penuh pengertian dan hikmah.
Semoga bermanfaat!
