Hadits Merapatkan Shaf

32. Wajib Merapatkan Shaf ketika Sholat dan Tidak Boleh Renggang

Shaf ketika sholat

Apa itu Merapatkan Shaf ketika Sholat dan Tidak Boleh Renggang?

Merapatkan shaf ketika sholat adalah sikap yang dimaksudkan untuk menyatukan kaum muslimin dalam sebuah barisan yang teratur saat melaksanakan sholat berjamaah. Shaf yang rapat akan menciptakan kebersamaan dan persatuan di antara kaum muslimin, serta menghindarkan pemisahan antara satu jamaah dengan jamaah yang lainnya.

Ketika kita melaksanakan sholat berjamaah, kita ditekankan untuk tidak mengungguli orang lain, tidak ada yang lebih kecil maupun lebih besar dalam shaf. Hal ini bertujuan agar tidak ada perbedaan status sosial di hadapan Allah, sehingga semua orang berada dalam posisi yang sama saat beribadah.

Penjelasan mengenai Merapatkan Shaf ketika Sholat dan Tidak Boleh Renggang:

Dalam agama Islam, sholat merupakan salah satu kewajiban utama bagi setiap muslim. Sholat berjamaah adalah ibadah sholat yang dilakukan oleh sekelompok muslim yang dipimpin oleh seorang imam. Melaksanakan sholat berjamaah memiliki banyak keutamaan dan pahala yang lebih besar dibandingkan dengan sholat sendirian.

Salah satu tata cara yang harus diperhatikan saat melaksanakan sholat berjamaah adalah merapatkan shaf. Merapatkan shaf bertujuan untuk menjaga keteraturan dan kesatuan barisan serta mempererat tali persaudaraan antar kaum muslimin. Islam mengajarkan persaudaraan antar sesama muslim, dan melalui sholat berjamaah dengan shaf yang rapat, persaudaraan ini dapat semakin terjaga dengan baik.

Saat melaksanakan sholat berjamaah, kita harus menjaga agar antara satu barisan dengan barisan lainnya tidak ada jarak yang gaple atau terlalu renggang. Setiap orang harus berusaha untuk merapatkan diri dengan kompak, mengikuti himbauan Rasulullah dan menghindari sifat egois yang bisa mengganggu ketertiban shaf.

Rasulullah SAW bersabda: “Tertibkanlah shaf-shaf kalian atau Allah akan menciptakan perselisihan di antara kalian.” (HR. Abu Daud)

Dalam hadits lainnya, Rasulullah SAW juga bersabda: “Merapatkan shaf itu bagian dari keimanan.” (HR. Muslim)

Hal ini menunjukkan bahwa merapatkan shaf merupakan tindakan yang sangat dianjurkan dalam agama Islam dan menjadi bagian dari iman kita sebagai muslim.

Dalam merapatkan shaf, seorang muslim harus mengikuti tata cara yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Beberapa tata cara tersebut antara lain:

1. Menyambungkan bahu dengan bahu tepat di samping kanan dan kiri kita. Hal ini bertujuan untuk menjaga agar tidak ada jarak yang terlalu renggang di antara kita.

2. Memanfaatkan ruang yang tersedia dengan sebaik-baiknya. Jika shaf sudah penuh, maka sebaiknya kita tidak mendorong atau memaksakan diri untuk masuk ke dalam shaf yang sudah penuh tersebut. Lebih baik mencari tempat kosong di shaf selanjutnya.

3. Mengikuti gerakan imam dengan cepat dan penuh khusyuk. Saling menyamakan gerakan saat rukuk, sujud, dan bangkit dari sujud juga merupakan bagian dari merapatkan shaf.

4. Menghindari keserakahan dalam mengambil tempat shaf. Jika shaf sudah rapat dan tidak ada ruang lagi, maka kita tidak perlu terburu-buru mencoba untuk mendapatkan tempat terdepan. Bijaklah dalam menjaga persaudaraan dan kekompakan dalam shaf.

Adapun makna dari merapatkan shaf ketika sholat adalah sikap saling berdekatan dan bersatu dengan jamaah. Dalam Islam, persatuan dan kesatuan sangat dihargai dan ditekankan. Merupakan suatu keniscayaan bahwa kaum muslimin harus saling bahu-membahu dan bersatu dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk juga dalam ibadah sholat.

Penjelasan mengenai kesatuan dan persatuan dalam merapatkan shaf juga termaktub dalam Al-Qur’an, Surat Al-Imran ayat 103:

“Dan berpeganglah kalian semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kalian bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian ketika kalian dahulu (masa jahiliyyah) bermusuhan, maka Allah mempersatukan hati kalian, lalu menjadilah kalian oleh nikmat Allah, orang yang bersaudara. Dan kalian sudah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kalian darinya. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya kepada kalian agar kalian mendapat petunjuk.”

Dalam ayat ini, Allah SWT menyeru umat Islam untuk bersatu dan tidak berpecah belah. Persatuan dan kesatuan merupakan nikmat besar yang diberikan oleh Allah kepada umat Islam. Dalam ibadah sholat, merapatkan shaf adalah salah satu cara untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan tersebut.

Kesimpulan dari merapatkan shaf ketika sholat dan tidak boleh renggang adalah pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan dalam ibadah sholat berjamaah. Islam mengajarkan kita untuk saling mencintai, tolong-menolong, dan saling merapatkan barisan ketika berada dalam suatu jamaah. Dengan merapatkan shaf, kita bisa menciptakan kebersamaan, kekompakan, dan persatuan yang erat di antara kaum muslimin.

Sebagai muslim, kita seharusnya tidak egois dalam masalah ibadah, termasuk dalam merapatkan shaf. Kita harus mengutamakan kepentingan umum dan persatuan umat, serta menjaga nilai-nilai persaudaraan dalam ibadah sholat berjamaah. Merapatkan shaf merupakan implementasi dari sikap saling menghormati hak-hak sesama muslim dan menjaga tali persaudaraan yang kokoh.

MERAPATKAN SHAF ITU HARUS MENEMPEL | Tanya Jawab Kajian Ramadlan | Al

Merapatkan shaf

Apa itu Merapatkan Shaf?

Merupakan bagian dari kesempurnaan sholat berjamaah adalah merapatkan shaf. Shaf adalah barisan dari beberapa orang yang menyamping dan saling bersentuhan. Rasulullah SAW menjelaskan bahwa meluruskan shaf dan menjaganya agar rapat merupakan perkara yang tidak boleh diabaikan dalam sholat berjamaah. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, beliau bersabda: “Shafkanlah dan rapatkanlah shaf-shaf kalian, dan luruskanlah, karena luruskan shaf-shaf berarti luruskan pembalasan (penyelesaian perkara-perkara masyarakat), jangan menyendiri-sendiri, dan jangan pula mendahului.” Beliau juga bersabda: “Barangsiapa yang merapatkan shafnya, Allah akan merapatkan kehidupannya.”

Penjelasan mengenai Merapatkan Shaf:

Merupakan sunnah yang mustahabb bagi seorang Muslim untuk mawadahi (menempelkan) Anasir-Anasir (bagian-bagian tubuh) yang dekat ketika sholat berjamaah, sedangkan jika terpisah maka hal itu sama sekali tidak dipersyari’atkan bahkan malah dilarang. Mawadahi ini dilakukan atas petunjuk Rasulullah SAW. Beliau pernah melaksanakan sholat jama’ah kemudian seseorang sholat di sampingku kemudian orang tersebut tempat duduknya ada sampai akhir jama’ah (yaitu yang ada dipotong atas kepala) ketika beliau mengucapkan salam yang pertama beliau berkata kaitkan barisan-barisanmu, karena jika mawadahi tersebut meletakkan secorak kain pada pundak di atas bahu. Bahkan bagian-bagian tubuh yang tidak ada tempat dakinlah bagi seorang muslim untuk mendahului wujudkan, yang ini juga atas petunjuk Rasulullah SAW: Hindarkanlah kepala atau kepalanya dari kepalanya.

Hukum dari mawadahi ini adalah sunnah yang harus dikerjakan dalam sholat. Dalil-dalil yang membenarkan hukum mawadahi ini adalah sebagai berikut :

– Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari, Anas bin Malik ra berkata wahai umat Islam kurangilah mawadahi ini (untuk masyarakat yang mewarisi masyarakat yang mewarisi masyarakat yang melaksanakan sholat) Karena sesungguhnya tidaklah kalian mawadahi di Madinah ini kecuali karena sejalan dengan keimanan masyarakat ini.

– Dalam hadits yang diriwayatkan Ahmad dan Ibnu Hibban dari Abu Hurairah Radhiyallah anhu maka Nabi saw bersabda mawadahi barisan shafmu karenanya suka membahrkan dan kebersamaan dalam perbuatan-perbuatan kalian.

– Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Al-Nasai, Al-Baihaqi, Ibn Ibnu Hibban dan Ahmad dari Aun bin abi Juhafah dari bapaknya bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda mawadahi barisan shaf kalian karenanya merealisasikan satu militer Islam.

– Hal ditunjukkan dalam Kiamah nanti di hari kekuasaan (hari kiamat) putaran domestik barisan hewan buas selama enam tahun.

– Selain itu riwayat An-Nasa’I Al-Baihaqi dan lainnya dari Ibnu Abbas Radhiyallah anhu, bahwasanya dia pernah bersabda yaitu bakanlah tegar lebih tegar dari sebelumnya karenanya nongkrong dan menggambarkan perkara-perkara yang Al-Baihaqi bahwasanya mawadahi barisan barisan di Jika kamu pada saat memuliakan raja.

– Dalam dua riwayat hadits dalam dengannya. Ahmad bersabda jika seseorang di hadapannya telah cukup kuat individu besar Iblis, hingga mencatat ini kepada kedua aurat.

Adapun penjelasan dari mawadahi dalam merapatkan shaf adalah seorang Muslim saat salat berjama’ah sebaiknya menempelkan anggotanya dengan anggota jama’ah yang berada disamping kanan-kiri atau bagian depannya dengan kemiringan barisan yang ada dihadapannya dengan memperbesar sujud yang ada dikaki penutup atau menyatukanya dikhirat kepala bagian punggung atau rambut atau memposisikan celanya (dengan pada pundak dan lakukan nyebar istiada dengan menggunakan jarak tangan sebagai tolak ukur pemilihan cukurannya.

Bagaimanapun hukum mawadahi ini dasarnya sunnah yang harus dilakukan. Karena ada beberapa hadits yang membenarkan hal ini seperti yang diriwayatkan oleh Shahihain Mawadahi shaf-

Permata ini sikap Rasulullah SAW sebagai pengajaran kepada umatnya disaat sholat berjamaah. Beliau sendiri memberikan contoh dan tauladan yang baik mengenai merapatkan shaf dan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan umat Islam saat beribadah bersama-sama.

Dalam merapatkan shaf, seorang Muslim diharapkan untuk mencapai keteraturan dan kedisiplinan dalam mengikuti tata cara yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Dengan merapatkan shaf, kita tidak hanya menciptakan tatanan yang baik di dalam ibadah sholat berjamaah, tetapi juga mencerminkan persatuan dan kesatuan umat Islam yang penting bagi kelangsungan serta kekuatan Islam sebagai agama yang menghubungkan antara manusia dengan Allah SWT.