Bunyi Hukum Ampere

Bunyi Hukum Ohm – Contoh Soal & Rumusnya [Lengkap!]

Hukum Ohm adalah salah satu prinsip dasar dalam ilmu fisika yang menjelaskan hubungan antara arus listrik, tegangan, dan resistansi dalam suatu rangkaian listrik. Hukum Ohm ditemukan oleh seorang ilmuwan Jerman bernama Georg Simon Ohm pada tahun 1827. Dalam penemuannya, Ohm membuktikan bahwa arus yang mengalir melalui suatu konduktor sebanding dengan beda potensial yang diterapkan pada konduktor tersebut. Dalam rumusnya, hukum Ohm dapat dituliskan sebagai berikut:

V = I × R

Dimana:
V adalah tegangan (volt)
I adalah arus (ampere)
R adalah resistansi (ohm)

Dalam hukum Ohm, hubungan antara arus, tegangan, dan resistansi adalah sebanding. Artinya, jika tegangan ditingkatkan, maka arus yang mengalir melalui konduktor juga akan meningkat dengan proporsi yang sama, asalkan resistansi tidak berubah. Begitu juga sebaliknya, jika resistansi ditingkatkan, maka arus yang mengalir akan menurun.

Untuk lebih memahami hukum Ohm, berikut ini akan diberikan beberapa contoh soal yang dapat membantu Anda melatih pemahaman tentang hukum Ohm serta menguji kemampuan Anda dalam menghitung arus, tegangan, dan resistansi. Mari kita simak bersama!

Contoh Soal 1:
Sebuah baterai dengan tegangan 12 volt dihubungkan dengan suatu kawat yang memiliki resistansi 6 ohm. Berapa besar arus yang mengalir melalui kawat tersebut?

Penyelesaian:
Dalam contoh soal ini, kita diminta untuk mencari besar arus yang mengalir melalui kawat dengan menggunakan hukum Ohm. Berdasarkan rumus V = I × R, kita dapat mencari nilai arus dengan menggunakan tegangan dan resistansi yang telah diketahui.

V = 12 volt (tegangan)
R = 6 ohm (resistansi)

I = V / R = 12 / 6 = 2 ampere

Jadi, arus yang mengalir melalui kawat tersebut adalah sebesar 2 ampere.

Contoh Soal 2:
Sebuah lampu dengan resistansi 10 ohm dihubungkan dengan suatu baterai yang menghasilkan arus sebesar 0,5 ampere. Berapa besar tegangan yang diterima oleh lampu tersebut?

Penyelesaian:
Dalam contoh soal ini, kita diminta untuk mencari besar tegangan yang diterima oleh lampu dengan menggunakan hukum Ohm. Karena arus dan resistansi telah diketahui, kita dapat mencari nilai tegangan menggunakan rumus V = I × R.

I = 0,5 ampere (arus)
R = 10 ohm (resistansi)

V = I × R = 0,5 × 10 = 5 volt

Jadi, tegangan yang diterima oleh lampu tersebut adalah sebesar 5 volt.

Contoh Soal 3:
Seorang teknisi ingin menghubungkan beberapa lampu dalam suatu rangkaian seri. Lampu pertama memiliki resistansi 5 ohm, sedangkan lampu kedua memiliki resistansi 3 ohm. Berapa besar total resistansi rangkaian ini?

Penyelesaian:
Dalam contoh soal ini, kita diminta untuk mencari besar total resistansi rangkaian seri yang terdiri dari dua lampu dengan resistansi yang telah diketahui. Untuk menghitung total resistansi rangkaian seri, kita dapat menggunakan rumus R_total = R_1 + R_2, dimana R_1 dan R_2 adalah resistansi masing-masing lampu.

R_1 = 5 ohm (resistansi lampu pertama)
R_2 = 3 ohm (resistansi lampu kedua)

R_total = R_1 + R_2 = 5 + 3 = 8 ohm

Jadi, resistansi total rangkaian ini adalah 8 ohm.

Contoh Soal 4:
Sebuah resistor memiliki resistansi sebesar 20 ohm. Jika tegangan yang diterapkan pada resistor tersebut adalah 100 volt, berapa besar arus yang mengalir melalui resistor tersebut?

Penyelesaian:
Dalam contoh soal ini, kita diminta untuk mencari besar arus yang mengalir melalui resistor dengan menggunakan hukum Ohm. Karena tegangan dan resistansi telah diketahui, kita dapat mencari nilai arus menggunakan rumus V = I × R.

V = 100 volt (tegangan)
R = 20 ohm (resistansi)

I = V / R = 100 / 20 = 5 ampere

Jadi, besar arus yang mengalir melalui resistor tersebut adalah 5 ampere.

Selain memahami rumus dan contoh soal hukum Ohm, penting juga untuk mengetahui pengertian dari hukum Ohm secara lebih mendalam. Berikut ini akan dijelaskan apa itu hukum Ohm, siapa yang menemukannya, kapan hukum Ohm ditemukan, dan di mana hukum Ohm berlaku.

Apa Itu Hukum Ohm?
Hukum Ohm merupakan prinsip dasar dalam ilmu fisika yang menjelaskan hubungan antara arus listrik, tegangan, dan resistansi dalam suatu rangkaian listrik. Hukum ini ditemukan oleh Georg Simon Ohm, seorang ilmuwan Jerman, pada tahun 1827. Dalam hukum Ohm, dijelaskan bahwa arus yang mengalir melalui suatu konduktor sebanding dengan beda potensial yang diterapkan pada konduktor tersebut.

Siapa yang Menemukan Hukum Ohm?
Hukum Ohm ditemukan oleh seorang ilmuwan Jerman bernama Georg Simon Ohm. Georg Ohm adalah seorang fisikawan dan matematikawan yang lahir pada tanggal 16 Maret 1789 di Erlangen, Kekaisaran Romawi Suci (sekarang Jerman). Ia menemukan hukum Ohm pada tahun 1827 dan kemudian dipublikasikan dalam tulisannya yang berjudul “Die galvanische Kette, mathematisch bearbeitet” (Rantai galvani, diproses secara matematika).

Kapan Hukum Ohm Ditemukan?
Hukum Ohm ditemukan oleh Georg Simon Ohm pada tahun 1827. Penemuan ini diungkapkan dalam tulisan ilmiahnya yang diterbitkan pada tahun yang sama, yaitu “Die galvanische Kette, mathematisch bearbeitet”.

Dimana Hukum Ohm Berlaku?
Hukum Ohm berlaku pada semua jenis rangkaian listrik yang terdiri dari komponen resistif. Konduktor yang mematuhi hukum Ohm disebut sebagai konduktor ohmik atau konduktor resistif. Biasanya, konduktor yang bersifat logam seperti tembaga, aluminium, dan perak mematuhi hukum Ohm dengan baik.

Bagaimana Hukum Ohm Bekerja?
Hukum Ohm bekerja dengan menggambarkan hubungan antara arus listrik, tegangan, dan resistansi dalam suatu rangkaian listrik. Hukum ini menyatakan bahwa arus yang mengalir melalui suatu konduktor sebanding dengan beda potensial yang diterapkan pada konduktor tersebut, asalkan resistansi tidak berubah. Dalam rumusnya, hukum Ohm dapat dituliskan sebagai V = I × R, dimana V adalah tegangan, I adalah arus, dan R adalah resistansi.

Cara Menghitung Arus, Tegangan, dan Resistansi menggunakan Hukum Ohm
Untuk menghitung arus, tegangan, dan resistansi menggunakan hukum Ohm, kita dapat menggunakan rumus V = I × R. Berikut ini adalah langkah-langkah untuk menghitung masing-masing besaran:

1. Untuk menghitung arus listrik (I), kita perlu mengetahui tegangan (V) dan resistansi (R). Rumusnya adalah I = V / R.
2. Untuk menghitung tegangan (V), kita perlu mengetahui arus (I) dan resistansi (R). Rumusnya adalah V = I × R.
3. Untuk menghitung resistansi (R), kita perlu mengetahui tegangan (V) dan arus (I). Rumusnya adalah R = V / I.

Kesimpulan

Hukum Ohm adalah prinsip dasar dalam ilmu fisika yang menjelaskan hubungan antara arus listrik, tegangan, dan resistansi dalam suatu rangkaian listrik. Hukum ini ditemukan oleh Georg Simon Ohm pada tahun 1827. Dalam hukum Ohm, dijelaskan bahwa arus yang mengalir melalui suatu konduktor sebanding dengan beda potensial yang diterapkan pada konduktor tersebut.

Dalam menghitung arus, tegangan, dan resistansi menggunakan hukum Ohm, rumus yang digunakan adalah V = I × R. Untuk menghitung masing-masing besaran, kita perlu mengetahui nilai tegangan, arus, dan resistansi yang terlibat dalam rangkaian listrik.

Hukum Ohm berlaku pada semua jenis rangkaian listrik yang terdiri dari komponen resistif, dan konduktor yang mematuhi hukum Ohm disebut sebagai konduktor ohmik atau konduktor resistif.

Semoga penjelasan mengenai hukum Ohm ini dapat membantu Anda memahami prinsip dasar dalam ilmu fisika dan menerapkannya dalam menghitung arus, tegangan, dan resistansi dalam rangkaian listrik. Prinsip ini sangatlah penting dalam pemahaman dasar tentang listrik dan elektronika.