Nikah Mut’ah (Kawin Kontrak) dalam Pandangan Islam

Nikah Mut’ah, juga dikenal sebagai kawin kontrak, adalah salah satu pernikahan yang diakui dalam Islam. Namun, pendapat tentang hukum nikah mut’ah ini sangat berbeda-beda. Ada yang menganggapnya sebagai bentuk pernikahan yang sah dalam Islam, sementara ada pula yang menganggapnya tidak sesuai dengan ajaran agama. Dalam artikel ini, kita akan membahas apa itu nikah mut’ah, siapa yang bisa melakukannya, kapan dan di mana nikah mut’ah bisa dilaksanakan, bagaimana cara melakukannya, dan kesimpulan dari pembahasan ini.
Apa Itu Nikah Mut’ah?

Nikah mut’ah merupakan pernikahan kontrak yang memiliki waktu berlaku tertentu atau ditentukan sebelumnya. Dalam praktiknya, pasangan yang melakukan nikah mut’ah akan menentukan masa tunda pernikahan, biasanya beberapa bulan atau beberapa tahun. Setelah masa tunda tersebut berakhir, pernikahan akan berakhir dengan sendirinya tanpa adanya prosedur perceraian seperti pada pernikahan konvensional.
Beberapa ulama berpendapat bahwa nikah mut’ah hanya dapat dilakukan dengan ijin dan pengawasan wali perempuan yang dinikahi. Pernikahan ini juga dilakukan dengan mahar atau mas kawin yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Pada prinsipnya, nikah mut’ah hampir mirip dengan pernikahan konvensional, namun memiliki perbedaan pada masa berlaku pernikahannya.
Siapa yang Bisa Melakukan Nikah Mut’ah?

Terkait dengan siapa yang bisa melaksanakan nikah mut’ah, pandangan ulama juga berbeda. Mayoritas ulama berpendapat bahwa nikah mut’ah hanya berlaku bagi mereka yang memiliki kebutuhan khusus, seperti pekerja migran yang berada di tempat yang jauh dari pasangan mereka. Dalam beberapa kultur atau komunitas tertentu, nikah mut’ah juga dapat dilakukan oleh mereka yang belum memiliki kemampuan ekonomi untuk melaksanakan pernikahan konvensional.
Pendapat lain menyebutkan bahwa nikah mut’ah hanya diperbolehkan dalam situasi darurat, seperti pada masa perang atau ketika seorang pria sedang dalam perjalanan yang jauh dan tidak memiliki akses untuk menikah secara konvensional. Dalam situasi ini, nikah mut’ah dapat menjadi solusi sementara untuk memenuhi kebutuhan biologis dan emosional mereka.
Kapan dan Di Mana Nikah Mut’ah Bisa Dilakukan?

Nikah mut’ah bisa dilakukan di banyak negara yang memiliki aturan hukum yang memperbolehkannya. Misalnya, di Iran, nikah mut’ah diatur dalam undang-undang dan diakui secara resmi oleh negara. Di beberapa negara Timur Tengah, nikah mut’ah masih dilakukan meskipun mungkin tidak diatur secara resmi oleh pemerintah.
Dalam konteks Indonesia, nikah mut’ah tidak diakui secara resmi oleh negara. Pernikahan jenis ini dianggap sebagai pernikahan yang tidak sesuai dengan norma-norma agama dan budaya di Indonesia. Oleh karena itu, praktik nikah mut’ah di Indonesia masih terbatas dan cukup kontroversial.
Bagaimana Cara Melakukan Nikah Mut’ah?
Cara melakukan nikah mut’ah cukup berbeda dengan pernikahan konvensional. Prosesnya melibatkan kesepakatan antara kedua belah pihak mengenai masa berlaku pernikahan dan mahar atau mas kawin. Kedua belah pihak juga harus memenuhi semua syarat yang ditetapkan oleh agama dan budaya setempat.
Setelah kesepakatan tercapai, surat nikah mut’ah akan dibuat dan ditandatangani oleh kedua belah pihak, serta disaksikan oleh dua orang saksi yang ditunjuk oleh masing-masing pihak. Surat nikah mut’ah ini akan menjadi bukti sah bahwa pasangan tersebut telah melakukan pernikahan mut’ah.
Kesimpulan
Dalam pandangan Islam, hukum nikah mut’ah masih menjadi perdebatan yang kompleks. Beberapa ulama menganggapnya sebagai bentuk pernikahan yang sah dan bisa dilakukan dalam situasi-situasi tertentu, seperti pada masa perang atau dalam keadaan darurat. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa nikah mut’ah tidak sesuai dengan ajaran agama dan budaya setempat.
Meskipun begitu, penting untuk diingat bahwa agama dan budaya memiliki peran yang sangat penting dalam mengatur pernikahan dan hubungan antara dua individu. Setiap individu memiliki hak untuk memilih jalan yang dirasa paling tepat dalam hal ini, dengan mengacu pada norma-norma agama dan budaya yang berlaku di lingkungan mereka.
Penting untuk melakukan diskusi dan mencari pemahaman yang mendalam tentang nikah mut’ah sebelum memutuskan untuk menjalaninya. Memahami argumen-argumen yang ada, proses yang terlibat, dan konsekuensi yang mungkin timbul akan membantu kita membuat keputusan yang bijaksana dalam hal ini.
