Perubahan fisika dan perubahan kimia adalah dua konsep penting dalam dunia sains. Keduanya memiliki perbedaan yang signifikan dalam hal karakteristiknya dan juga dampaknya. Dalam artikel ini, kita akan membahas tiga perbedaan utama antara perubahan fisika dan perubahan kimia lengkap.
Perbedaan Pertama: Proses
Perubahan fisika terjadi ketika ada perubahan dalam sifat fisik suatu benda, seperti bentuk, ukuran, atau fase. Contoh perubahan fisika termasuk melelehkan es, memotong kayu, atau mengubah wujud gas menjadi cair. Proses ini tidak mengubah identitas zat tersebut, hanya mengubah tampilannya secara fisik.

Di sisi lain, perubahan kimia terjadi ketika terjadi reaksi kimia yang mengubah struktur molekul suatu zat dan menghasilkan zat baru yang memiliki sifat yang berbeda. Contoh perubahan kimia termasuk pembakaran kayu, fermentasi anggur, atau pencernaan makanan dalam tubuh kita. Proses ini mengubah identitas zat tersebut dan menghasilkan zat baru dengan sifat yang berbeda.

Perbedaan Kedua: Reversibilitas
Perubahan fisika umumnya reversibel, artinya proses tersebut dapat dibalikkan kembali ke keadaan semula. Contohnya, jika kita memberikan es ke suhu yang rendah, es tersebut akan membeku kembali. Begitu juga jika kita memberikan air cair ke suhu yang rendah, air tersebut akan membeku menjadi es. Proses ini dapat diulangi berulang kali tanpa mengubah identitas zat tersebut.

Di sisi lain, perubahan kimia umumnya tidak reversibel. Setelah terjadinya reaksi kimia, zat akan berubah menjadi zat baru yang memiliki sifat yang berbeda. Proses ini tidak dapat dibalikkan ke keadaan semula dengan cara sederhana. Misalnya, setelah kayu terbakar, tidak mungkin untuk mengembalikannya menjadi kayu yang tidak terbakar.

Perbedaan Ketiga: Energi
Perubahan fisika biasanya membutuhkan sedikit atau bahkan tidak ada energi tambahan. Proses fisik seperti perubahan bentuk atau perubahan fase hanya membutuhkan energi yang telah ada dalam sistem. Misalnya, ketika air mendidih, energi panas yang sudah ada dalam air mengubah air menjadi uap.
Di sisi lain, perubahan kimia umumnya membutuhkan energi tambahan. Reaksi kimia terjadi ketika zat-zat bereaksi satu sama lain dan biasanya membutuhkan energi dalam bentuk panas atau radiasi. Misalnya, ketika kayu terbakar, reaksi kimia antara kayu dan oksigen membutuhkan sumber panas eksternal untuk memulai reaksi.

Sebagai kesimpulan, perubahan fisika dan perubahan kimia memiliki perbedaan signifikan dalam hal proses, reversibilitas, dan energi tambahan yang diperlukan. Perubahan fisika terjadi ketika ada perubahan dalam tampilan fisik zat tanpa mengubah identitasnya, sedangkan perubahan kimia terjadi ketika ada reaksi kimia yang mengubah identitas zat tersebut dan menghasilkan zat baru dengan sifat yang berbeda. Perubahan fisika umumnya dapat dibalikkan, sementara perubahan kimia umumnya tidak dapat dibalikkan. Selain itu, perubahan fisika tidak membutuhkan energi tambahan, sedangkan perubahan kimia biasanya membutuhkan energi tambahan.