Politik Sakoku

Periode Sakoku Jepang, atau yang dikenal juga sebagai Kebijakan Isolasi, merupakan waktu yang menarik dalam sejarah Jepang. Hal ini dikarenakan Kebijakan Isolasi tersebut berdampak secara signifikan terhadap hubungan Jepang dengan dunia luar pada masa itu. Dalam artikel ini, kita akan mengupas lebih dalam tentang Sakoku Jepang, termasuk apa itu, siapa yang bertanggung jawab atas kebijakan ini, kapan hal itu terjadi, bagaimana kebijakan tersebut dijalankan, dan juga kesimpulan dari periode ini.

Kebijakan Isolasi Jepang

Kebijakan Isolasi Jepang atau yang dikenal dengan sebutan Sakoku, adalah kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah Jepang pada periode Edo. Kebijakan ini ditujukan untuk membatasi hubungan antara Jepang dengan dunia luar. Kebijakan isolasi ini berlangsung selama kurang lebih 200 tahun, dari tahun 1639 hingga tahun 1854.

Kebijakan Isolasi ini memiliki dampak besar terhadap hubungan Jepang dengan dunia luar pada saat itu. Selama periode Sakoku, hampir tidak ada interaksi langsung antara Jepang dengan negara-negara lain. Hal ini bertujuan untuk mencegah pengaruh budaya asing masuk ke dalam Jepang dan juga untuk mengendalikan perdagangan yang sedang berkembang.

Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kebijakan Isolasi ini?

Kebijakan isolasi ini diperkenalkan dan dilaksanakan oleh Shogun Tokugawa Iemitsu, penguasa Jepang pada saat itu. Shogun Tokugawa Iemitsu merupakan pemimpin ketiga dari dinasti Tokugawa yang berkuasa pada periode Edo.

Shogun Tokugawa Iemitsu dikenal sebagai penguasa yang otoriter dan keras terhadap hubungan Jepang dengan negara-negara lain. Ia menerapkan kebijakan isolasi dengan tujuan untuk menjaga kestabilan dan keamanan dalam negeri Jepang. Selain itu, kebijakan isolasi ini juga bertujuan untuk mengendalikan pengaruh asing yang masuk ke dalam Jepang pada saat itu.

Kapan Kebijakan Isolasi ini Terjadi?

Kebijakan isolasi Jepang atau Sakoku dimulai pada tahun 1639 dan berlangsung selama kurang lebih 200 tahun, hingga tahun 1854. Kebijakan ini diberlakukan pada periode Edo atau disebut juga sebagai zaman Edo.

Masa dimulainya kebijakan isolasi ditandai dengan dikeluarkannya kebijakan Sakoku Edict oleh Shogun Tokugawa Iemitsu. Edict ini membatasi kedatangan kapal-kapal asing ke Jepang dan juga melarang warga Jepang untuk bepergian ke luar negeri. Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk menjaga kestabilan internal Jepang dan melindungi kekayaan dan budaya Jepang dari pengaruh asing.

Dimana Kebijakan Isolasi ini Dilaksanakan?

Kebijakan isolasi Jepang atau Sakoku diterapkan secara menyeluruh di seluruh kepulauan Jepang. Selama periode Sakoku, hampir tidak ada kontak langsung antara Jepang dengan dunia luar. Kapal-kapal asing tidak diizinkan memasuki pelabuhan Jepang kecuali untuk beberapa negara tertentu yang diperbolehkan melakukan perdagangan terbatas dengan Jepang, seperti Belanda dan Tiongkok.

Berdasarkan kebijakan isolasi ini, hanya pulau terpencil Deshima di prefektur Nagasaki yang diizinkan untuk melakukan perdagangan dengan Belanda sebagai negara yang dipercaya oleh pemerintah Jepang pada saat itu. Deshima menjadi satu-satunya tempat di Jepang yang menjadi pintu gerbang internasional selama periode Sakoku.

Bagaimana Kebijakan Isolasi ini Dilaksanakan?

Kebijakan isolasi Jepang atau Sakoku dilaksanakan dengan ketat oleh pemerintah Jepang pada masa itu. Salah satu langkah yang diambil adalah menerapkan kebijakan pelarangan bagi kapal-kapal asing untuk masuk ke pelabuhan Jepang.

Selain itu, pemerintah Jepang juga mengeluarkan peraturan-peraturan ketat terkait dengan perdagangan dan komunikasi dengan negara-negara asing. Masyarakat Jepang dilarang untuk bepergian ke luar negeri dan juga dilarang melakukan kontak langsung dengan orang asing yang tinggal di Jepang. Hal ini dilakukan untuk menjaga isolasinya Jepang dari pengaruh asing.

Kebijakan isolasi Jepang juga dilengkapi dengan pengawasan ketat terhadap penduduk Jepang sendiri. Pemerintah Jepang melakukan langkah-langkah untuk memastikan bahwa warga Jepang tidak terpengaruh oleh budaya dan pengaruh asing. Misalnya, buku-buku dan karya seni asing dilarang masuk ke Jepang dan penduduk Jepang diperintahkan untuk menghindari pengaruh budaya asing.

Cara Penerapan Kebijakan Isolasi

Penerapan kebijakan isolasi Jepang atau Sakoku dilakukan melalui beberapa cara. Salah satunya adalah melalui pelarangan terhadap kapal-kapal asing untuk masuk ke pelabuhan Jepang, kecuali untuk beberapa negara tertentu yang diizinkan untuk melakukan perdagangan terbatas dengan Jepang.

Secara khusus, kapal-kapal Belanda dari Perusahaan Hindia Timur Belanda merupakan satu-satunya kapal asing yang diizinkan memasuki pelabuhan Deshima di Nagasaki. Kapal-kapal Belanda ini merupakan satu-satunya pintu masuk bagi pengaruh budaya asing dan perdagangan luar negeri selama periode Sakoku.

Pada saat kapal-kapal Belanda tiba di Deshima, mereka harus menjalani proses karantina untuk memastikan bahwa mereka tidak membawa penyakit atau hal-hal yang dapat mengganggu kestabilan di Jepang. Setelah itu, perdagangan terbatas antara Belanda dan Jepang dapat dilakukan di Deshima.

Di sisi lain, dalam rangka memastikan kelancaran penerapan kebijakan isolasi, pemerintah Jepang juga melakukan pengawasan ketat terhadap masyarakat Jepang sendiri. Penduduk Jepang dilarang untuk melakukan perjalanan ke luar negeri dan juga dilarang melakukan kontak langsung dengan orang asing yang tinggal di Jepang.

Apa Itu Periode Sakoku?

Periode Sakoku adalah periode dalam sejarah Jepang yang berlangsung selama sekitar 200 tahun, dari tahun 1639 hingga 1854. Periode ini ditandai dengan diberlakukannya kebijakan isolasi yang melarang hubungan langsung antara Jepang dengan negara-negara lain, kecuali dengan beberapa negara tertentu yang diizinkan. Kebijakan isolasi ini bertujuan untuk menjaga kestabilan internal Jepang dan melindungi kekayaan dan budaya Jepang dari pengaruh budaya asing.

Kesimpulan

Periode Sakoku Jepang merupakan periode yang menarik dalam sejarah Jepang. Kebijakan isolasi yang diterapkan selama periode ini secara signifikan mempengaruhi hubungan Jepang dengan dunia luar. Kebijakan isolasi tersebut berhasil menjaga kestabilan internal Jepang pada masa itu, namun juga membatasi pertumbuhan dan perkembangan Jepang dalam hal perdagangan, teknologi, dan budaya.

Peranan Shogun Tokugawa Iemitsu sebagai pelaku utama dalam kebijakan isolasi ini tidak dapat dipungkiri. Melalui kebijakannya, Jepang berhasil mempertahankan kestabilan dan melindungi kekayaan serta budaya Jepang dari pengaruh asing pada masa itu. Namun, kebijakan isolasi juga telah membatasi kemajuan dan pertumbuhan Jepang dalam skala global pada periode tersebut.

Meskipun kebijakan isolasi Jepang berakhir pada tahun 1854 dengan dibukanya pelabuhan-pelabuhan Jepang untuk perdagangan dengan negara-negara Barat, periode Sakoku tetaplah menjadi salah satu periode yang penting dalam sejarah Jepang. Dari periode ini, kita dapat belajar mengenai pentingnya menjaga identitas dan kestabilan dalam menghadapi pengaruh asing, serta mengevaluasi bagaimana sebuah negara dapat berkembang dalam situasi isolasi.