Pernahkah kamu mendengar mengenai istilah saktah dan idgham bilaghunnah dalam dunia pembelajaran agama Islam? Kedua istilah tersebut seringkali menjadi topik pembahasan dalam pelajaran Al-Quran dan tajwid.
Apa itu Saktah?
Saktah adalah istilah dalam ilmu tajwid yang berarti “diam”. Dalam pembacaan Al-Quran, saktah terjadi ketika satu huruf pada ujung ayat bertemu dengan huruf yang sama pada awal ayat berikutnya. Contohnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Contoh Saktah
Mengapa Saktah Perlu Dipelajari?
Dalam ilmu tajwid, saktah perlu dipelajari agar pembaca Al-Quran dapat membaca dengan benar dan bermakna. Jika pembaca tidak mengetahui aturan saktah dengan baik, dapat mengakibatkan perubahan makna yang salah dalam ayat.
Cara Membaca Saktah
Untuk membaca saktah dengan benar, pembaca harus memperhatikan aturan-aturan berikut:
1. Menyambungkan huruf pada ujung ayat dengan huruf yang sama pada awal ayat berikutnya tanpa suara, dengan memperpanjang bacaannya sesuai dengan jumlah harakat atau tasydid pada huruf tersebut.
Contohnya:
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
dibaca: قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ هُوَ الْأَحَدُ
2. Jika huruf pada ujung ayat dan awal ayat memiliki sukun, maka harus dibaca dengan jelas, tidak dengan suara, kemudian disambungkan dengan huruf berikutnya.
Contohnya:
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُم بِظُلْمٍ
dibaca: الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ يَجِدُونَ الأَمَانَ
Apa itu Idgham Bilaghunnah?
Idgham Bilaghunnah adalah aturan dalam tajwid yang menuntut penghilangan suara pada huruf yang makhrajnya terletak di tenggorokan atau dada ketika bertemu dengan huruf yang makhrajnya terletak di bibir. Aturan ini bertujuan untuk menghindari bentuk bacaan yang kasar dan tidak indah didengar. Contoh Idgham Bilaghunnah dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Contoh Idgham Bilaghunnah

Mengapa Idgham Bilaghunnah Perlu Dipelajari?
Idgham Bilaghunnah sangat penting untuk dikuasai dalam pembacaan Al-Quran karena dapat memaksimalkan kualitas bacaan dan menghindari bentuk bacaan yang salah. Selain itu, aturan ini juga dapat memperindah suara dan meningkatkan kualitas bacaan.
Cara Membaca Idgham Bilaghunnah
Berikut adalah beberapa aturan dasar dalam membaca Idgham Bilaghunnah:
1. Ketika huruf lam bertemu dengan huruf qamariyah seperti mim, nun, wawu, yaa, dan ba, maka akan dilakukan penghilangan suara pada huruf lam dengan menjadikannya satu suku kata dengan huruf berikutnya.
Contohnya:
مَوْلاَيَ وَسِيْدِي وَقَاعِدِيَ وَفَرِّجْ هَمَّيْ
dibaca: مَوْلَيَّ وَسِيْدِيَّ وَقَائِدِيَّ وَفَرِّجْ هَمِّيْ
2. Ketika huruf raa bertemu dengan huruf qamariyah seperti mim, nun, wawu, yaa, dan ba, maka akan dilakukan penghilangan suara pada huruf raa dengan menjadikannya satu suku kata dengan huruf berikutnya.
Contohnya:
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
dibaca: الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنِ
3. Ketika huruf nun mati bertemu dengan huruf tanwin (mim, nun, dan yaa), maka akan dicampur menjadi satu suara.
Contohnya:
فَلْيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ إِلَى طَعَامِهِ
dibaca: فَلْيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ إِلَى طَعَامِــِهِ
4. Ketika huruf mim mati bertemu dengan huruf tanwin nun, maka akan dicampur menjadi satu suara.
Contohnya:
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُم بِظُلْمٍ
dibaca: الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُـــــمْ بِظُلْمٍ
5. Ketika huruf nun mati atau mim mati bertemu dengan huruf lam, maka huruf lam tersebut tidak perlu dihilangkan suaranya.
Contohnya:
وَنَجَّيْنَا مُوسَى وَمَنْ مَعَهُ أَجْمَعِينَ
dibaca: وَنَجَّيْنَا مُوْسَى وَمَنْ مَعَــهُ أَجْمَعِيْنَ
Sekarang kamu sudah mengetahui apa itu saktah dan idgham bilaghunnah beserta cara-cara membacanya. Dengan pengetahuan dan latihan yang cukup, kamu akan semakin mahir dalam membaca Al-Quran dengan benar dan bermakna. Teruslah berlatih dan belajar agar bacaanmu semakin merdu dan indah didengar.


